Friday, 11 July 2014

Ibadah Hakiki - Minhajul Abidin "Imam Al-Ghazali"

Masalah ibadah cukup menjadi bahan pemikiran, dari awal hingga tujuan akhirnya yang sangat dicita-citakan oleh para penganutnya. ternyata, merupakan perjalanan yang amat sulit, penuh liku-liku, banyak halangan dan rintangan yang harus dilalui, serta sedikit kawan dan orang yang mau menolong. demikianlah kenyataanya, sebab ibadah hakiki merupakan jalan menuju surga, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
"Perhatikanlah, surga itu dikelilikgi oleh berbagai kesukaran, sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal menarik".

Tuhan juga memerintahkannya berhati-hati, jangan sampai berbuat kufur. dan melarnag melakukan perbuatan maksiat. dan yakinlah bahwa hanya ada satu Tuhan, Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya, Dia yang menciptakannya, dan Tuhan yang memrintahkannya untuk bersyukur, khidmat dan taat lahir batin.

pengetahuan dan keyakinannya akan hal-hal yang gaib itu akan mendorongnya berkhidmat dan melakukan ibadah dengan sepenuh hati, menghambakan diri kepada Sang pemberi nikmat, yakni Allah SWT. yang jadi pertanyaan adalah bagaimana harus beribadah?. dan apa yang diperukan untuk berkhidmat kepada Allah lahir dan batin?.

dalam hal ini, ia harus melalui tahapan taubat. memang sulit untuk mejalankannya, karena sebelum seseorang mencapai tujuan ibadahnya, terlebih dahulu harus bertaubat. setelah itu maka timbullah niat untuk melakukan ibadah. akan tetapi niat untuk melakukan ibadah itu ternyata terganggu oleh pikirannya yang merasa terhalagi oleh beberapa hal diantaranya:
1. Dunia
2. Manusia
3. Setan
4. Hawa Nafsu

untuk mencapai tujuan ibadah haruslah mampu melewati golongan yang ditimbulkan oleh keempat hal diatas. sekarang, bagaimana cara melewati tahapan tersebut, yakni:
1. tajarrud 'anid-dunya ( membulatkan tekad hingga kesenangan dunia tidak mampu menggoyahkan tekadnya).
2. menjaga diri dan selalu waspada dari godaan orang lain.
3. memerangi segala tipu daya setan
4. mampu mengendalikan hawa nafsu.

dari keempat hal diatas, mengendalikan dan memerangi hawa nafsu adalah yang paling sukar. sebab kita tidak dapat mengikisnya hingga habis, sampai terpisah dari hawa nafsu, karena nafsu juga mempunyai manfaat, selama nafsu tersebut tidak mengalahkan dan mengendalikan pikiran kita.

Jadi, kita tidak mungkin, mematikan hawa nafsu, tetapi jangan membiarkannya untuk mengendalikan pikiran kita. keempat golongan diatas merupakan godaan yang bersifat tetap. setelah seseorang berhasil mengendalikannya. adapun godaan yang sifatnya tidak tetap. diantaranya :

1. Rezeki
Maka tatkala dia bertanya dalam hati, dari mana makanku?. pakaianku?.. Bagaimana aku memberi makan anak-anak dan keluargaku?..
Dia akan menjawab pertanyaan itu. Aku sudah punya bekal! ku harus mampu dan sanggup! aku sudah tajarrud 'anid-dunya . kini aku sudah membulatkan tekad dan tidak akan tergoda lagi dengan uraina dunia dan pertanyaan mana rezekiku?

2. Bahaya- bahaya
 ia takut bermacam-macam bahaya, khawatir jika semuanya tidak ada, takut akan hal ini, itu tidak mengerti mana yang baik dan buruknya suatu hal, ia hanya meraba-raba, ia ragu, maka ia akan terjerumus.

3. Kesulitan dan Kesedihan
ia mengalami kesulitan, bingung, dan sedih menyadari ada hambatan yang merintangi niatnya untuk beribadah. meskipun ia telah berusaha menjadi sesorang yang selalu beribadah kepada Allah

4. Takdir
Macam- macam takdir ada yang dirasa manis, tetapi ada pula yang dirasa amat getir, sedangkan hawa nafsu akan cepat mengeluh, bagaimana ini?. mengapa demikian?. ia dihadapkan pada tahapan baru, yakni tahapan empat rintangan.

Guna untuk menempuhnya maka beberapa hal diantaranya.
 Tawakkal berserah diri dengan penuh kepasrahan. berserah diri dengan tidak melakukan apa-apa adalah suatu hal yang sangat berbeda. yang dikatakan berserah diri yakni ia menerima dengan kesabaran, sebab ia tau semuanya adalah takdir dari Allah, "Saya terima takdir ini dengan Usaha dan Berjuang", sedangkan tidak melakukan apa-apa tanpa adanya uasaha dan perjuangan.

setelah berhasil melalui tahapan empat rintangan itu, tiba-tiba dirinya merasa lemas, malas, lesu dan tidak bergairah untuk melakukan kebaikan. nah, disaat seperti ini, perlunya seorang pendamping yang sapat menuntunnya kepada kebaikan dan taat. yang berguna sebagai kontrol atau pengendali, yaitu harapan dan rasa takut.

akan tetapi, kini ia marasa adanya gejala sifat riya'. sifat yang sangat menggangu dalam beribadah. kini apa yang harus ia lakukan?. yakni, haruslah menjaga kemurniaan dalam menjalankan ibadahnya. ia harus ikhlas dan dzikrul minnab dalam menjalankannya, yaitu kebalikan dari riya' dan ujub.
dzikrul minnab artinya selalu ingat akan kekuasaan Allah, sehingga tidak takabbur.

Namun, kini timbul masalah baru, yakni tenggelam dalam kenikmatan yang diberikan Allah. kenikmatan, kemulyaan, kehormatan yang diberikan Allah membuatnya lupa diri dan kufur. inilah tahapan yang dihadapkan pada tahapan terakhir untuk ibadah hakiki. Setelah itu, kini tinggallah beberapa langkah untuk mencapai tujuan dari pada ibadah itu, dan semakin mendekati mahabbah (Kecintaannya kepada Allah). semakin dekat, dan akhirnya mencapai tingkatan yang paling mulya dan terhormat. ia merasa nikmat dalam keadaan seperti itu, seolah dirinya bersama Allah. yakni memuji dan mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah kepada dirinya. agar tidak lupa atas apa yang diberikan Allah kepadanya dirinya.




SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 komentar: