Monday, 28 January 2019

Kuliah PPG Modul 3 - Teori Behavioristik

1. Menurut Bapak/Ibu, masalah apa yang mungkin muncul bila dalam suatu proses pembelajaran diterapkan teori belajar behavioristik? 

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi yang diberikan guru kepada siswa. Misalnya dalam bentuk daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa dengan reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya, Teori ini lebih menekankan pada tingkah laku dan memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan (stimulus). Namun, pada teori ini, proses pembelajaran hanya berpusat pada guru dan bersifat mekanistis serta hanya berorientasi pada hasil. 

http://ilpcimanggu.sch.id/wp-content/uploads/2016/09/22.jpg

Sehingga siswa dipandang pasif, mendengarkan, dan menghafal dari penjelasan yang diberikan oleh guru dan itu membuat guru terkesan sebagai sosok sentral dan bersifat otoriter. Teori ini sering kali memungkinkan munculnya permasalahan dalam proses pembelajaran dikarenakan teori ini tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau pembelajaran yang tidak dapat diubah menjadi perpaduan antara stimulus dan respon. Teori ini hanya melihat aspek jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Kekuatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan. Faktanya, siswa akan belajar dengan baik jika diberikan stimulus tertentu. Tetapi setelah diberikan stimulus yang sama bahkan lebih baik, ternyata siswa tersebut tidak mau belajar lagi. 

Teori ini juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Aspek kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar bukan menjadi perhatian utama. Faktanya, Pandangan teori ini banyak diterapkan oleh lembaga sekolah bahwa belajar merupakan proses pembentukan, yakni membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Orientasi kepada “salah/gagal mendapatkan hukuman” dan “benar/berhasil mendapatkan hadiah”. Peserta didik dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas yang ditetapkan lebih dulu secara ketat. Padahal banyak faktor yang berpengaruh dalam hidup ini yang mempengaruhi proses belajar. secara garis besar teori ini hanya berorientasi pada hasil dan mengabaikan proses.

SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 komentar: